Rumah Oesman Nabhan
Rumah Oesman Nabhan
Bangunan tampak depan sekolah Belanda untuk orang Arab yang didirikan
tahun 1915 di Jalan KH. Mas Mansyur nomor 200-202, kemarin (11/3). Salah
satu interior di dalam rumah yang tetap terjaga hingga kini (foto : katon bagus)
Surabaya - Blusukan tipis kali ini ke rumah tua
tahun 1915 di jl. KH. Mas Mansyur No. 200 Surabaya yang dihuni oleh
keluarga Oesman Nabhan bersama komunitas #lovesuroboyo .Tiga puluh menit berlalu sambil menunggu Katon Bagus yang sudah ada didalam rumah , kami ( aku , anggita , Dillah Sahila , cak KR , yosi, Diielah , Umik Khoyyaty ) iseng iseng jahilin cak KR , selasa 28/3/17
" Sesi pemotretan model kekinian dengan Dandanan yang mbois , kekinian dan lumayan cakep Jadi pertimbangan kejahilan kami , Walhasil mbois puol yang langsung di publish ke instagram "ujar Umik
Puas dengan kejahilan kami bersamaan dengan munculnya katon bagus dari dalam rumah dan mempersilakan kami masuk.
"Bangunan yang masih asli ini terkesan sangat tertutup , untuk bisa mendapatkan ijin masuk tidak sembarangan orang bisa hanya Orang tertentu saja karena pertimbangan privacy"Ujar Katon
Pemandangan hijau nan asri menyambut kedatangan kami dengan senyum keramahannya , namun senyum kami mendadak hilang saat pemilik rumah hanya membolehkan mengambil gambar di sport luar
Dari luar, bangunan memang tampak megah dengan arsitektur bangunan Belanda yang kuat meski umurnya sudah ratusan tahun lamanya. Pagar bewarna hijau dengan tembok kuning bewarna emas menambah kesan klasik rumah itu. Terlebih, di dalam rumah megah itu terdapat dua atap berbentuk segitiga yang di tengah-tengahnya berdiri atap kecil dengan bentuk sama.
Rumah cagar budaya yang masih sehat karena terawat dengan baik oleh penghuninya ini dulunya sekolah khusus orang arab pada zaman Belanda
Sejak tahun 1970 rumah ini dibeli oleh Oesman Nabhan dan didiami oleh keluarga besarnya, ada yang salah pada plakat cagar budaya yang kemudian dikehendaki oleh ahli warisnya untuk segera dibenarkan oleh pemerintah kota Surabaya
Di lantai satu, ada sekitar enam jendela rumah itu berbentuk setengah lingkaran dan ada pula satu lingkaran. Ventilasi udara tampak terbuka di rumah itu karena di lantai tampak beberapa jendela berbentuk persegi panjang. Di dalam rumah itu, Mustofa bercerita ada delapan kamar dengan ukuran yang cukup besar. Satu kamar luasannya bisa mencapai 4x5 meter.
Desain ornamennya masih asli dengan dominan warna hijau. Lantainya masih terbuat dari tekel dengan desain bunga dan kemudian dindingnya berhiasakan motif bunga dan daun. Plafon rumah juga masih lama dan terbuat dari kayu jati dengan desain garis-garis dan segitiga.
Pihak keluarga tidak pernah mengubah bentuk bangunan. Ketika membeli dalam keadaan rusak, pihak keluarga hanya membenahi rumah itu dengan mengecatnya kembali. “Renovasi bertahap. Tidak langsung bagus gitu,” tandasnya.
Padahal, sebelum rumah itu dibeli oleh keluarganya, kondisi rumah itu sangat mengerikan. Plafon dan temboknya rusak parah. Karena memang sebelum kepemilikan di tangan keluarganya, rumah itu jadi markas Koramil. Tentara Indonesia menempati rumah itu usai pemerintah Jepang berkuasa. Dimana, pada zaman Belanda atau sekitar tahun 1915, rumah itu adalah sekolah setara SD milik Belanda yang dibuat untuk warga Arab.
“Kurikulumnya pakai kurikulum Belanda. Tapi, setelah Jepang datang, sekolah itu dibiarkan saja dan akhirnya ditempati koramil. Sekarang rumah itu milik keluarga Oesman Nabhan,” pungkasnya.
.
No comments:
Post a Comment