Eri Cahyadi Berangkatkan Pawai Ogoh-Ogoh Pura Segara Sukolilo Baru
Surabaya - Pawai Ogoh-Ogoh berlangsung meriah diikuti ratusan umat Hindu dari Surabaya dan Sidoarjo. Dimulai pukul 15.00 ada sekitar 13 ogoh-ogoh diarak dari Pura Segara Kenjeran - SMA 3 - Gading Pantai - Raya Kenjeran - komplek TNI AL - Wiratno - Pura Segara Kenjeran , Sore tadi (22/3)
Pandemi covid-19 yang melanda Indonesia termasuk di Kota Surabaya menjadikan pawai ogoh-ogoh di Pura Segara absen selama tiga tahun , dan kini hadir kembali untuk menyambut Hari Suci Nyepi.
Pengertian Ogoh-Ogoh itu sendiri diambil dari sebutan "ogah – ogah" dari bahasa Bali yang artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan.
Makna dari pawai ogoh-ogoh sendiri adalah sebuah refleksi pada diri sebagai umat manusia dimana ego, nafsu, angkara murka, dengki, iri hati itu ada dalam diri.
Nah bagaimana agar kita sadar terhadap ego dan nafsu kita ini ..kita tekan bahwa ego itu wajahnya seperti ogoh-ogoh yang tampak menyeramkan .
Secara umum ogoh-ogoh adalah boneka raksasa (melambangkan Kepribadian Bhuta Kala) yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan Bali yang disebut Bleganjur, kemudian untuk dibakar.
Pemaknaan ogoh ogoh yang dibakar sebagai perwujudan refleksi dari keburukan kita. Diharapkan ketika ogoh ogoh dibakar maka kita juga harus membakar dan menghilangkan semua sifat buruk kita. Sehingga ke depannya kita menjadi pribadi yang baik.
Setelah diarak, ogoh-ogoh nantinya dibakar sebagai simbol pemurnian diri dan pertanda bahwa umat Hindu telah siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci dan menjalankan Catur Brata Penyepian.
Eri Cahyadi Walikota Surabaya berkenan memberangkatkan pawai ogoh-ogoh dengan bendera sebagai penanda "Rahajeng nyanggra rahina Nyepi caka 1945, semeton. Dumogi rahayu sareng sami". (Bunda Tri)
No comments:
Post a Comment