Misuh, Berkata Tidak Baik Harus Dicegah - KIM BAHARI SUKOLILO BARU

Breaking

Post Top Ad

13/08/2025

Misuh, Berkata Tidak Baik Harus Dicegah

Misuh, Berkata Tidak Baik Harus Dicegah



Penulis : Abdul Muis

Kita sering melihat, mengamati anak anak pada saat beraktifitas misalnya  pada saat bersantai   bermain   baik itu dilapangan atau di teras kelas  atau dilorong. Bahkan yang sering di teras  ruangan kepala sekolah

Fenomena yang sering kita dengarkan. anak-anak yang dengan ringanya dan mantab dari  lisannya meluncur kata-kata yang kurang pas ,kurang pantas didengar ( misuh).

Meskipun anak anak setiap hari disekolah  kita kenalkan , kita ajari , kita contohkan nilai-nilai karakter baik , tetapi..kita bisa melihat sendiri bagaimana  kata kata itu setiap hari masih kita dengarkan

Fenomena ini adalah permasalahan kompleks  ditinjau dari sudut pandang psikologis, sosial, dan religius. dan bgm dengan sikap yang bisa kita  lakukan

👉Tinjauan Psikologis

1️⃣Peniruan (Imitation)

Anak-anak sangat mudah meniru perilaku dari lingkungan sekitarnya, terutama dari orang-orang yang mereka anggap sebagai figur otoritas atau panutan, seperti orang tua, kakak, atau teman sebaya.
Jika mereka sering mendengar kata-kata kasar ( misuh) di rumah atau lingkungan bermain, maka mereka akan menganggap itu sebagai hal biasa.

2️⃣Belum mampu mengendalikan emosi

Saat marah atau frustrasi, anak belum punya kosa kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya, sehingga mereka mengeluarkan kata kasar / kurang pas sebagai pelampiasan spontan.

3️⃣Belum Matangnya Pengendalian Diri

Anak usia sekolah, terutama di usia SD dan SMP, masih dalam tahap perkembangan kontrol emosi dan perilaku. Mereka kadang belum mampu membedakan konteks yang pantas untuk berbicara, terutama jika sedang marah atau frustrasi.

4️⃣Butuh Perhatian

Kadang anak menggunakan kata-kata kasar sebagai bentuk ekspresi untuk menarik perhatian atau menunjukkan kekuasaan di depan teman-temannya.

👉Tinjauan Sosial

1️⃣Pengaruh Lingkungan

Anak yang tinggal di lingkungan sosial yang permisif terhadap bahasa kasar (misalnya dianggap "lucu", "keren", atau "berani") akan menganggap  MISUH  sebagai bagian dari komunikasi sehari-hari.

2️⃣Media Sosial dan Hiburan

Akses ke media digital tanpa pengawasan juga berperan besar. Banyak konten populer yang mengandung bahasa tidak pantas, dan anak-anak dengan cepat menyerap itu sebagai bentuk komunikasi umum.

3️⃣Kurangnya Penguatan Nilai di Luar Sekolah

Sekolah hanya menjadi bagian dari pendidikan karakter. Jika nilai-nilai itu tidak diperkuat di rumah atau masyarakat, maka hasilnya tidak akan maksimal.

👉Tinjauan Religius

1️⃣Lidah adalah Cermin Hati

Dalam pandangan keagamaan ( Islam), ucapan mencerminkan kebersihan hati dan akhlak seseorang. Kata-kata kotor adalah tanda lemahnya pengendalian diri dan kurangnya kesadaran akan pentingnya adab.

Ucapan buruk dianggap sebagai dosa, dan anak perlu dibimbing untuk memahami bahwa setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban.

2️⃣Kurang pembiasaan dzikir atau ibadah

Anak yang dibiasakan untuk berzikir, membaca doa, dan shalat akan lebih terbiasa menggunakan kata-kata yang lembut dan positif

3️⃣ Keteladanan Orang Tua

Dalam agama diajarkan bahwa orang tua adalah guru pertama. Jika orang tua sendiri sering berkata kasar, maka anak akan meniru dan menganggap itu hal lumrah.

✍️Sikap Pendidik: Apa yang Bisa kita lakukan

1️⃣Tidak Reaktif, Tapi Edukatif

Jangan langsung menghukum, tetapi cari tahu dulu penyebabnya. Ajak anak berbicara, pahami alasan mereka, dan berikan pemahaman dengan bahasa yang mudah dimengerti.

2️⃣Perkuat Kolaborasi dengan Orang Tua

Adakan forum komunikasi dengan orang tua untuk menyampaikan pentingnya penguatan nilai karakter di rumah. Seringkali perubahan besar terjadi ketika orang tua terlibat.

3️⃣Berikan Keteladanan

Guru adalah role model. Jika guru konsisten berbicara dengan santun dan menunjukkan kontrol diri, anak-anak akan lebih mudah meniru.

4️⃣Ada waktu  khusus  Intervensi Karakter di kelas setiap hari

Misalnya:  drama/simulasi sopan santun dalam komunikasi, refleksi harian (muhasabah), dan kegiatan religius yang menyentuh hati.

5️⃣Gunakan Pendekatan Spiritual

Dorong anak untuk menyadari bahwa perkataan yang baik adalah bagian dari ibadah. Libatkan nilai-nilai keagamaan dalam pembentukan karakter, bukan hanya dalam mata pelajaran agama.

6️⃣Penguatan Positif (Positive Reinforcement)

Beri pujian atau penghargaan ketika anak bisa menyampaikan pendapat atau emosi dengan cara yang santun.

✍️Penutup

Fenomena ini bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan juga keluarga dan masyarakat. Sebagai pendidik, kita harus bersikap sabar, konsisten, dan menjadi bagian dari solusi  tidak hanya melalui pengajaran, tapi juga keteladanan dan kolaborasi dengan semua pihak..

Semoga dengan ihktiar maksimal pelan tapi pasti kita bisa menjadikan anak anak kita lebih berkarakter mulia diantaranya adalah ..
Mengubah kata kata yg biasa meluncur dari lisan ( MISUH) mengganti kata kata yg lebih berkarakter...

✍️Renungan utk kita bersama

"Tidak akan lurus iman seseorang sampai lurus hatinya, dan tidak akan lurus hatinya sampai lurus lisannya."
(HR. Ahmad)

Bukanlah seorang mukmin itu orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan berkata kotor."
(HR. Tirmidzi)

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages