Pejuang Lingkungan Pesisir Pantai Kenjeran
Surabaya - Suprayitno camat Bulak mengunjungi pasangan pejuang lingkungan dipinggiran pantai kenjeran tepatnya di Jl. Sukolilo III no 34 Kelurahan Sukolilo Baru Kecamatan Bulak Kota Surabaya yang masih romantis menjelang usia emas pernikahan nya, Senen 27/3/18
Disela kesibukan memilah dan memilih sampah Mupa Muna (62 tahun ) masih menyempatkan diri menawari Sudayat (64 tahun ) suaminya yang sedang memasukkan botol plastik yang sudah dipilah ke karung - karung dengan segelas minuman dan menanyakan kondisinya .
Sejenak mereka berdua larut dalam tumpukan botol plastik , kardus dan berbagai macam sampah yang menggunung untuk dipilih dan dipilah sesuai klasifikasinya hingga tak menyadari kedatangan rombongan camat Bulak beserta jajaran petugas kelurahan Sukolilo Baru.
Dengan senyum ramah , Suprayitno yang datang bersama Bunda Tri dari KIM Bahari serta Anny Rufaidah lurah sukolilo baru dan jajarannya menanyakan beberapa pertanyaan lain terkait profesi yang mereka pilih dijawab oleh pasangan pejuang lingkungan ini dengan santai namun serius.
"Kami semua dibuat takjub akan keuletan dan kerja keras pasangan pejuang lingkungan yang bahu membahu untuk membantu pemerintah kota Surabaya mengatasi masalah sampah dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimilikinya" Ujar Anny Rufaidah Lurah Sukolilo Baru
"Kami semua dibuat takjub akan keuletan dan kerja keras pasangan pejuang lingkungan yang bahu membahu untuk membantu pemerintah kota Surabaya mengatasi masalah sampah dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimilikinya" Ujar Anny Rufaidah Lurah Sukolilo Baru
Suami Istri yang memiliki empat orang anak , tujuh cucu dan satu cicit ini telah mengawali memungut , memilih dan memilah sampah sejak tahun 2015 , awalnya mengambil sampah di area wisata pantai ria dan pantai lama , dan kampung nelayan RW 02 karena tuntutan ekonomi .
"Tangannya bapak cacat , sejak kena kombor ( sejenis ubur-ubur beracun) beliau berhenti melaut dan membantu saya memungut sampah di area pantai ria dan sekitarnya , sedangkan saya di pantai lama sampai ke rumah sejak akhir 2015 lalu , sekarang tambah lagi satu tempat di jembatan suroboyo" terang Mupa Muna sambil menggenggam tangan Sudayat dengan mesra
Sampah yang sudah dipilah dan dipilih setiap hari kemudian setelah terkumpul dua minggu atau sebulan sekali baru dijual ke bank sampah qoryah thoyyibah Sukolilo dan ke cino (sebutan orang yang membeli sampahnya )
"Penghasilan yang diperoleh dari sampah yang dijual lumayan buat makan kami berdua kadang dapat satu juta sampai satu juta limaratus tergantung banyaknya sampah , kadang pernah dapat dua juta lebih sehabis hari raya karena pengunjung yang datang ke pantai banyak " ujar Mupa muna
Pejuang lingkungan yang hidup berdua ini terlihat begitu menikmati hidup nya di rumah yang juga sekaligus sebagai tempat memilah dan memilah sampah yang mereka ambil , karena anak-anak mereka sudah berkeluarga dan punya rumah sendiri .
"Besok saya bawakan kaos ya pak , jangan biasakan bekerja dengan tidak memakai pakaian nanti bapak bisa sakit" Pesan Suprayitno pada Sudayat sebelum meninggalkan rumahnya ( Bunda Tri)
No comments:
Post a Comment