Napak Tilas Makam Syech Umar Sumbawa
Surabaya- Menelusuri daerah pesisir utara Surabaya, tepatnya di kampung Nambangan Perak Kecamatan Bulak Kota Surabaya untuk napak tilas makam waliyulloh Syech Umar Sumbawa atau yang lebih dikenal Mbah Sumbo yang lokasinya berdekatan dengan Benteng Kedung Cowek, Sabtu 12/6/2021
Semilir angin dan debur air laut mengiringi aktivitas para nelayan dipesisir pantai Kenjeran tepatnya di kampung Nambangan menjadi pemandangan indah saat menyusuri jalan setapak dengan banyak bebatuan yang lebarnya 2 meteran sampai menuju ke Makam Wali penyebar agama Islam di Surabaya.
Sebuah gapura putih bertuliskan makam Waliyullah Syech Umar Sumbawa dan KH. Hasbullah warna biru seakan menyambut kedatangan peziarah yang akan berziarah ke makam tersebut, dengan kondisi bangunan yang masih terawat bagus dan pemandangan laut luas yang indah.
Menurut warga setempat pada tahun 1880 M, Syech Umar Sumbawa ditemukan nelayan, jasadnya ada di pinggir pantai yang tidak diketahui jati dirinya kemudian oleh warga dibawalah jasad itu ke tengah laut agar tidak terdampar di tepi pantai utara Surabaya ini dan bisa mengikuti arus air laut keluar daerah.
Akan tetapi anehnya, warga yang membuang jasad tersebut belum sampai di tepi pantai, jasad tersebut sudah lebih dahulu tiba di tempat semula. Jasad tadi dibawa lagi untuk dibuang lebih jauh lagi, kenyataannya sebelum warga sampai ke tepi, jasad sudah sampai seperti semula. Kemudian jasad itu dibuang yang paling jauh dan melawan arus, akan tetapi sebelum warga sampai ke tepi pantai, jasad tersebut sudah lebih dulu tiba di tempat semula.
Hal itu telah di lakukan hingga tiga kali pembuangan, namun hasilnya tetap saja. Akhirnya salah seorang warga ada yang melaporkan dan meminta pendapat kepada KH. Hasbullah, seorang Wali yang sudah kesohor dan Mutawattir tentang kewaliannya.
Oleh KH. Hasbullah warga di beri wejangan bahwa jasad yang di buang tadi tidak sembarang orang, walaupun sudah wafat tetap di keramatkan, di mulyakan dan di agungkan Allah SWT. kemudian KH. Hasbullah menyuruh mereka menggali kubur, namun secara tiba-tiba di dalam kubur sudah ada Jedingan (tempat untuk mayat).
Dan pada waktu mayat di mandikan, bau harum melebihi minyak kasturi semerbak mewangi , setelah di kafani, di sholati dan di kebumikan malamnya KH. Hasbullah berbincang bincang dengan Habib Syech Umar Sumba bahwa Beliau adalah berasal dari tanah Sumba seorang penyebar agama Islam.
Karomah yang dimiliki kedua waliyullah ini masih bisa dirasakan hingga sekarang, setidaknya bagi masyarakat yang tinggal di kampung Nambangan Cumpat. Karenanya, tak heran jika setiap harinya ada saja orang datang berziarah.
Begitulah secara singkat kisah mengenai Habib Syech Umar Sumba dan KH Hasbullah. Kami disapa oleh juru kunci makam waliyullah Syekh Umar Sumba dan KH Hasbullah, Bapak Danang diteras langgar sebelah makam.
Di lingkungan makam ini kalau malam tidak ada lampu, konon setiap dipasang lampu beberapa hari kemudian pasti rusak sehingga peziarah yang berada disana waktu malam hanya menggunakan penerangan lilin.
"Waktu - waktu yang indah dan tenang disini adalah pada waktu maghrib dan tengah malam , suasananya sangat khusuk dan sebagai tempat merenungkan atau mensyukuri diri atas anugrah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa". Ujar Pak Danang (Bunda Tri)
No comments:
Post a Comment