Sudahkah Kita Peduli Pada Benteng Gudang Peluru
Surabaya - Beberapa komunitas mengadakan kerja bhakti di Benteng Kedung Cowek saksi sejarah pertempuran tentara Belanda yang terletak dipesisir pantai Kenjeran menghadap selat Madura berderet bangunan masih kokoh namun tertimbun semak belukar dan ranting pohon, Minggu 16/6/19
Benteng ini sungguh indah, bangunannya kokoh, lokasinya di pesisir, dikelilingi danau danau, diapit hutan tropis, luasnya hampir 10 lapangan bola , banyak kisah heroik yang mewarnainya.
Terbayang bagaimana dulu dari benteng tersebut meriam-meriam memuntahkan peluru ke kapal kapal yang lewat diselat Madura atau sebaliknya kapal-kapal perang menembaki benteng.
Ribuan lubang bekas semburan peluru di sekujur tembok benteng yang luas itu masih bisa dilihat dan ratusan selongsong peluru perang 74 tahun lalu masih mudah ditemukan berserakan, hingga nyantol di pohon.
Benteng gudang peluru ini dibangun pemerintah kolonial Belanda pada masa Deandles. Lokasinya di Kedung Cowek, makanya sering disebut juga Benteng Kedung Cowek.
Saat Belanda menyerah pada Jepang, benteng ini diambil alih oleh tentara Jepang dan dijadikan lokasi pengumpulan peluru. Waktu Jepang menyerah pada Sekutu (AS), benteng ini pun berhasil diduduki pejuang Indonesia.
Puncaknya, saat pertempuran 10 November 1945, benteng ini jadi pertahanan Batalyon Sriwijaya dalam menghadapi gempuran meriam dari kapal-kapal tentara Inggris. 200 pejuang Indonesia dipastikan gugur di benteng bersejarah ini.
Sayangnya, kondisi benteng ini kini tak terawat. Beberapa warga pegiat Sejarah Surabaya kemudian berinisiatif membersihkan tempat ini dan memasang plakat Kawasan Cagar Budaya.
"Siapa lagi yang peduli dengan bangunan Benteng Kedung Cowek? keberadaanya kini diduga jatuh ke swasta, sedangkan statusnya tak ber SK Bangunan Cagar Budaya (BCB)". Tutur Cak Kuncar pemerhati sejarah.
Menunggu Walikota Surabaya yang bertahun tahun tidak kunjung mengeluarkan SK tentu bukan jawaban, inisiatif bersama ratusan arek Suroboyo 'menetapkan' sendiri status BCB itu dengan memasang plakat.
Bersama perwakilan TNI AD, sejumlah komunitas terlibat, partisipasi bahkan datang dari Mojokerto hingga Pasuruan. Pasang plakat dan kerja bakti bersama. Setelah pekan lalu sukses menggelar seminar dan menerbitkan petisi online.
"Kita khawatir tanpa status BCB, Benteng ini tidak memiliki konsekuensi hukum jika sewaktu waktu dibongkar. Padahal inilah satu satunya saksi bisu perang besar Surabaya yang masih asli" lanjut Kuncar (Bunda Tri)
No comments:
Post a Comment