Berburu Kerang Bambu di Bawah Jembatan Suramadu
Surabaya - Warga pesisir pantai Kenjeran berjalan berarak-arakan membawa ember ,tuba dan alat keruk mini menuju habitat kerang lorjuk atau kerang bambu yang ada di bawah jembatan Suramadu selain bisa dimasak bisa juga dijual tuk menambah penghasilan keluarga , Minggu 25/7/2021
Lorjuk atau kerang bambu merupakan kekayaan sumber daya alam yang tersedia di perairan pesisir pantai Kenjeran yang bisa diambil ketika musimnya tiba dan tersedia sangat melimpah sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat nelayan di sekitarnya.
Bagi sebagian orang , mencari kerang atau lorjuk tak hanya bisa menambah penghasilan namun juga sebagai sarana rekreasi keluarga dan biasanya mereka menyebutnya dengan istilah "karang" (tergantung apa yang dicari misalnya lorjuk di sebut karang lorjuk , kalau kerang disebut karang kerang dsb)
Untuk mencari kerang bambu ini lumayan jauh dari daratan kurang lebih dua kiloan hingga mencapai lokasi gunung pasir dengan kondisi medan yang padat tidak berlumpur dan bersih sehingga meskipun tidak memakai alas kaki tidak khawatir menginjak duri ataupun binatang yang ada di lautan.
Perjalanan jauh itu bisa dilalui dengan riang karena berangkat nya secara berkelompok apalagi kalau sudah tiba dilokasi ketemu habibat lorjuk yang siap diserbu para pemburu kerang dengan senjata masing-masing dari alat yang terkecil namanya telente (berbentuk lidi) dan yang paling besar namanya cuja (sebuah alat dari bambu yang dibelah diujungnya dilancipkan).
"Sebenarnya kalau mau menggunakan pacul lebih cepat dapat banyak , namun oleh ketua paguyuban nelayan Suramadu kami semua para pencari kerang dilarang menggunakan pacul karena khawatir merusak habibat lorjuknya" tutur Hafidz Nelayan Sukolilo
Yang unik saat pakai telente, karena lumayan membuat adrenalin terpacu saat lubang kunci pertanda rumah lorjuk ditemukan kemudian dikeruk hingga terlihat lubang nya membesar lalu dengan menggunakan telente yang sudah dibubui dengan sabun tuba dimasukkan ke dalamnya sebagai umpan agar si lorjuk keluar dari rumahnya dan dengan mudah kita mengambilnya untuk dipindahkan ke keranjang.
Mentari yang mulai mengundurkan diri dan menyembunyikan sinarnya di peraduan menjadi pertanda nelayan pencari kerang harus pulang kembali ke daratan untuk menjual hasil tangkapannya yang dihargai satu kilo lorjuk dengan harga saat ini Rp. 17.000 oleh tengkulak padahal kalau sudah dijual di pasar bisa dua kali lipat harganya.
"Ah sudahlah ... Sunnatullah memang harus begini terus gimana lagi , jalani aja apa adanya yang penting tetap berusaha menjemput rezeki yang halal sehingga berkah". Pungkas Hafidz (Bunda Tri)
No comments:
Post a Comment